Contoh Nyata Pada Six Sigma
Six Sigma merupakan sebuah
metodologi terstruktur untuk memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha
mengurangi variasi proses (process variances) sekaligus mengurangi cacat (produk/jasa
yang diluar spesifikasi) dengan menggunakan statistik dan problem solving tools
secara intensif.
Secara harfiah, Six Sigma (6σ)
adalah suatu besaran yang bisa kita terjemahkan secara gampang sebagai sebuah
proses yang memiliki kemungkinan cacat (defects opportunity) sebanyak 3.4 buah
dalam satu juta produk/jasa. Ada banyak kontroversi di sekitar penurunan angka
Six Sigma menjadi 3.4 dpmo (defects per mil l ion opportunities). Six Sigma
sebagai metrics merupakan sebuah referensi untuk mencapai suatu keadaan yang
nyaris bebas cacat. Dalam perkembangannya, 6σ bukan hanya sebuah metrics, namun
telah berkembang menjadi sebuah metodologi dan bahkan strategi bisnis.
ENAM KOMPONEN UTAMA KONSEP SIX SIGMA SEBAGAI
STRATEGI BISNIS
1. Benar-benar
mengutamakan pelanggan : pelanggan bukan hanya berarti pembeli, tapi bisa juga
berarti rekan kerja, team yang menerima hasil kerja kita, pemerintah,
masyarakat umum pengguna jasa, dll.
2. Manajemen
yang berdasarkan data dan fakta : bukan berdasarkan opini, atau pendapat tanpa
dasar.
3. Fokus
pada proses, manajemen dan perbaikan : Six Sigma sangat tergantung kemampuan kita mengerti proses yang dipadu dengan manajemen yang bagus untuk melakukan
perbaikan.
4. Manajemen
yang proaktif : peran pemimpin dan manajer sangat penting dalam mengarahkan
keberhasilan dalam melakukan perubahan.
5. Kolaborasi
tanpa batas : kerja sama antar tim yang harus mulus.
6. Selalu mengejar kesempurnaan.
LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI PENINGKATAN KUALITAS
SIX SIGMA
Langkah-langkah implementasi peningkatan kualitas Sig Sigma terdiri dari lima langkah yaitu :
Langkah-langkah implementasi peningkatan kualitas Sig Sigma terdiri dari lima langkah yaitu :
1. Define
Define adalah penetapan sasaran dari aktivitas peningkatan kualitas Six Sigma. Pada bidang operasional sasaran tersebut dapat berupa penurunan tingkat produk cacat dan biaya operasional serta peningkatan output produksi dan produktivtas. Langkah ini jug amendefinisikan rencana tindakan yang harus dilakukan untuk melakukan penigkatan dari setiap tahap proses bisnis kunci. Define merupakan langkah operasional pertama dalam proyek peningkatan kualitas Six Sigma, yang meliputi :
a. Mendefinisikan kriteria pemilihan proyek Six Sigma
Dalam langkah ini, pemilihan proyek terbaik berdasarkan pada identifikasi proyek yang terbaik sepadan dengan kebutuhan, kapabilitas, dan tujuan organisasi.
b. Mendefinisikan peran orang-orang yang terllihat dalam Six Sigma
Dilangkah kedua ini, didefiniskan peran orang-orang yang terlibat dalam proyek implementasi Six Sigma adalah :
1) Dewan kepemimpinan
2) Champions
3) Master Black Belts
4) Black Belts
5) Green Belts
6) Anggota-anggota Tim Proyek Six Sigma
c. Mendefinisikan kebutuhan pelatihan dalam proyek Six Sigma
Proses transformasi pengetahuan dan metodologi Six Sigma yang paling efektif adalah dengan menciptakan sistem pelatihan Six Sigma yang terstruktur dan sistematik. Sistem ini diberikan kepada orang yang telah terpilih berdasarkan kriteria pemilihan proyek Six Sigma yang telah ditentukan. Hal ini berarti bahwa organisasi harus secara terus menerus mengenal informasi dan pandangan baru dari pelanggannya, lingkungan eksternal dan proses-proses.
d. Mendefinisikan proses kunci beserta pelanggan dari proyek Six Sigma
Proyek Six Sigma yang telah ditentukan, harus didefinisikan dalam proses kunci dan pelanggan yang terlibat dalam proses tersebut.
e. Mendefinisikan kebutuhan spesifik dari pelanggan yang terlihat dalam proyek Six Sigma
Dalam mendefinisikan kebutuhan spesifik dari pelanggan, terdapat dua persyaratan kritis, yaitu :
1) Merupakan karakteristik produk akhir (barang/jasa) yang diserahkan kepada pelanggan pada akhir suatu proses yang berkaitan dengan efektivitas produk akhir tersebut. Dalam persyaratan ini tim proyek Six Sigma harus mampu mendaftar semua persyaratan output yang diinginkan oleh pelanggan.
2) Persyaratan pelayanan
Petunjuk bagaimana pelanggan sebaiknya diperalkukan selama eksekusi dari proses tersebut. Misalnya melakukan pelanggan dengan ramah.
Setelah persyaratan output dan persyaratan pelayanan tersebut didefinisikan langkah selanjutnya adalah mengendalikan kualitas dan mendefinisikan melakui karakteristik kualitas, yang disebut sebagai Critical to Quality.
f. Mendefinisikan pernyataan tujuan proyek Six SigmaMendefinisikan tujuan dari proyek Six Sigma harus mengikuti prinsip SMART sebagai berikut :
2. Measure
Tahap measure merupakan tahap dimana melakukan pemetaan proses, pengevaluasian sistem pengukuran dan menaksir kemampuan baseline kinerja dalam perusahaan. Terdapat tiga hal pokok dalam tahap measure
a. Menetapkan karakteristik kualitas (Critical to Quality) kunci
Dalam menentapkan karakteristik kualitas kunci harus mempertimbangkan setiap aspek dan proses operasional yang mempengaruhi persepsi pelanggan tentang nilai kuaitas. Perusahaan harus melakukan pengukuran terhadap hal-hal yang memiliki keterkaitan dengan kepuasan konsumen dan strategi bisnis perusahaan. Penerapan karakteristik berkaitan langsung dengan kebutuhan pelanggan akan sangat tergantung pada situasi dan kondisi dari masing-masing perusahaan. Dalam hal ini perusahaan harus mempertahankan aspek internal dan aspek eksternalnya.
b. Mengembangkan rencana pengumpulan data
Pada dasanya pengumpulan karakteristik kualitas dapat dilakukan pada tiga tingkat.
1) Pengukuran pada tingkat proses
Pengukuran ini mengukur aktivitas dalam proses dan karakteristik kualitas input yang diserahkan oleh pemasok (supplier) yang mempengaruhi karakteristik kualitas putput yang diinginkan. Tujuan dari pengukuran ini untuk mengidentifikasikan perilaku yang mengatur setiap langkah dalam proses untuk mengendalikan dan meningkatkan proses serta memperkirakan output sebelum output diproduksi dan diserahkan kepada pelanggan.
2) Pengukuran pada tingkat output
Pengukuran ini mengukur karakteristik kualitas output yang dihasilkan dari suatu proses dibandingkan dengan spesifikasi karakteristik kualitas yang diinginkan pelanggan.
3) Pengukuran pada tingkat outcome
Pengukuran ini mengukur bagaimana baiknya suatu prodeuk dapat memenuhi kebutuhan spesifik dari pelanggan.
c. Pengukuran baseline kinerja (performance baseline)
Sebelum proyek Six Sigma dimulai, perusahaan harus mengetahui tingkat kinerja yang sekarang (baseline kinerja). Setelah ini maka peningkatan yang dicapai dapat diukur sepanjang jalannya proyek Six Sigma. Baseline kinerja dalam Six Sigma dapat ditentukan dengan menggunakan suatu pengukuran DPMO (Defect Per Million Opportunities) dan tingkat kapabilitas Sigma (sigma level).
Define adalah penetapan sasaran dari aktivitas peningkatan kualitas Six Sigma. Pada bidang operasional sasaran tersebut dapat berupa penurunan tingkat produk cacat dan biaya operasional serta peningkatan output produksi dan produktivtas. Langkah ini jug amendefinisikan rencana tindakan yang harus dilakukan untuk melakukan penigkatan dari setiap tahap proses bisnis kunci. Define merupakan langkah operasional pertama dalam proyek peningkatan kualitas Six Sigma, yang meliputi :
a. Mendefinisikan kriteria pemilihan proyek Six Sigma
Dalam langkah ini, pemilihan proyek terbaik berdasarkan pada identifikasi proyek yang terbaik sepadan dengan kebutuhan, kapabilitas, dan tujuan organisasi.
b. Mendefinisikan peran orang-orang yang terllihat dalam Six Sigma
Dilangkah kedua ini, didefiniskan peran orang-orang yang terlibat dalam proyek implementasi Six Sigma adalah :
1) Dewan kepemimpinan
2) Champions
3) Master Black Belts
4) Black Belts
5) Green Belts
6) Anggota-anggota Tim Proyek Six Sigma
c. Mendefinisikan kebutuhan pelatihan dalam proyek Six Sigma
Proses transformasi pengetahuan dan metodologi Six Sigma yang paling efektif adalah dengan menciptakan sistem pelatihan Six Sigma yang terstruktur dan sistematik. Sistem ini diberikan kepada orang yang telah terpilih berdasarkan kriteria pemilihan proyek Six Sigma yang telah ditentukan. Hal ini berarti bahwa organisasi harus secara terus menerus mengenal informasi dan pandangan baru dari pelanggannya, lingkungan eksternal dan proses-proses.
d. Mendefinisikan proses kunci beserta pelanggan dari proyek Six Sigma
Proyek Six Sigma yang telah ditentukan, harus didefinisikan dalam proses kunci dan pelanggan yang terlibat dalam proses tersebut.
e. Mendefinisikan kebutuhan spesifik dari pelanggan yang terlihat dalam proyek Six Sigma
Dalam mendefinisikan kebutuhan spesifik dari pelanggan, terdapat dua persyaratan kritis, yaitu :
1) Merupakan karakteristik produk akhir (barang/jasa) yang diserahkan kepada pelanggan pada akhir suatu proses yang berkaitan dengan efektivitas produk akhir tersebut. Dalam persyaratan ini tim proyek Six Sigma harus mampu mendaftar semua persyaratan output yang diinginkan oleh pelanggan.
2) Persyaratan pelayanan
Petunjuk bagaimana pelanggan sebaiknya diperalkukan selama eksekusi dari proses tersebut. Misalnya melakukan pelanggan dengan ramah.
Setelah persyaratan output dan persyaratan pelayanan tersebut didefinisikan langkah selanjutnya adalah mengendalikan kualitas dan mendefinisikan melakui karakteristik kualitas, yang disebut sebagai Critical to Quality.
f. Mendefinisikan pernyataan tujuan proyek Six SigmaMendefinisikan tujuan dari proyek Six Sigma harus mengikuti prinsip SMART sebagai berikut :
1) Specific (spesifik)
Tujuan dari proyek Six Sigma harus dinyatakan secara spesifik dan tegas, sehingga tidak menimbulkan pengertian yang rancu.
2) Measureble (dapat diukur)
Tujuan
dari proyek Six Sigma dapat diukur dengan memakai indikator pengukuran
yang tepat untuk mencapai keberhasilan, peninjauan ulang atau tindakan
perbaikan dimasa yang akan datang.
3) Achievable (dapat dicapai)
Tujuan dari proyek Six Sigma harus dapat dicapai atau terjangkau oleh semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.
4) Result-oriented (berfokus pada hasil)
Tujuan
dari proyek Six Sigma harus berorientasi pada hasil-hasil yang berupa
pencapaian target-target kualitas yang harus ditetapkan, yang
ditunjukkan melalui penurunan Defect Per Million Opportunities,
peningkatan Process Capability, dan lain-lain.
5) Time bound (adanya batas waktu)
Tujuan
dari proyek Six Sigma harus memiliki batas waktu untuk mencapai batas
waktu yang telah ditentukan. Target yang telah ditentukan harus dicapai
secara tepat waktu.
2. Measure
Tahap measure merupakan tahap dimana melakukan pemetaan proses, pengevaluasian sistem pengukuran dan menaksir kemampuan baseline kinerja dalam perusahaan. Terdapat tiga hal pokok dalam tahap measure
a. Menetapkan karakteristik kualitas (Critical to Quality) kunci
Dalam menentapkan karakteristik kualitas kunci harus mempertimbangkan setiap aspek dan proses operasional yang mempengaruhi persepsi pelanggan tentang nilai kuaitas. Perusahaan harus melakukan pengukuran terhadap hal-hal yang memiliki keterkaitan dengan kepuasan konsumen dan strategi bisnis perusahaan. Penerapan karakteristik berkaitan langsung dengan kebutuhan pelanggan akan sangat tergantung pada situasi dan kondisi dari masing-masing perusahaan. Dalam hal ini perusahaan harus mempertahankan aspek internal dan aspek eksternalnya.
b. Mengembangkan rencana pengumpulan data
Pada dasanya pengumpulan karakteristik kualitas dapat dilakukan pada tiga tingkat.
1) Pengukuran pada tingkat proses
Pengukuran ini mengukur aktivitas dalam proses dan karakteristik kualitas input yang diserahkan oleh pemasok (supplier) yang mempengaruhi karakteristik kualitas putput yang diinginkan. Tujuan dari pengukuran ini untuk mengidentifikasikan perilaku yang mengatur setiap langkah dalam proses untuk mengendalikan dan meningkatkan proses serta memperkirakan output sebelum output diproduksi dan diserahkan kepada pelanggan.
2) Pengukuran pada tingkat output
Pengukuran ini mengukur karakteristik kualitas output yang dihasilkan dari suatu proses dibandingkan dengan spesifikasi karakteristik kualitas yang diinginkan pelanggan.
3) Pengukuran pada tingkat outcome
Pengukuran ini mengukur bagaimana baiknya suatu prodeuk dapat memenuhi kebutuhan spesifik dari pelanggan.
c. Pengukuran baseline kinerja (performance baseline)
Sebelum proyek Six Sigma dimulai, perusahaan harus mengetahui tingkat kinerja yang sekarang (baseline kinerja). Setelah ini maka peningkatan yang dicapai dapat diukur sepanjang jalannya proyek Six Sigma. Baseline kinerja dalam Six Sigma dapat ditentukan dengan menggunakan suatu pengukuran DPMO (Defect Per Million Opportunities) dan tingkat kapabilitas Sigma (sigma level).
3. Analisis
Tahap ini merupakan tahap dimana perusahaan harus mencari dan memahami mengapa produk-produk cacat dapat terjadi. Dengan kata lain pada tahap ini, perusahaan melalui Six Sigma mereka, mencari input mana saja yang mempengaruhi kualitas output. Pada tahap ini perusahaan harus melakukan beberapa hal yaitu sebagai berikut :
a. Menentukan stabilitas dan kemampuan (kapabilitas) proses
Proses produksi harus merupakan sebagai suatu proses peningkatan yang terus menerus (continues improvement), yang dimulai dari ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, mengembangkan produk, proses produksi, sampai pada distribusi kepada pelanggan.
b. Menetapkan target-target kinerja dari karakteristik kualitas (Critical to Quality) kunci
CONTOH PERUSAHAAN YANG TELAH MENERAPKAN SIX SIGMA
Six Sigma adalah strategi peningkatan kualitas dan daya saing perusahaan yang telah banyak dipakai oleh banyak perusahaan kelas dunia seperti Motorolla, General Electric (GE), Honeywell/Allied Signal, CitiBank, Bank of America, Sony, Bechtel (perusahaan konstruksi), IBM, Boeing Aircraft, Ford Motor Company, Wal-Mart (retailer dan juga perusahaan yang memiliki nilai penjualan terbesar di dunia ), ChevronTexaco (perusahaan minyak), rumah sakit, dll.
Jeff Immelt, Chief Executive Officer (CEO) baru GE pengganti Jack Welch, adalah juga pemegang sertifikasi Six Sigma Black Belt.
http://anita-widynugroho.blogspot.co.id/2011/03/six-sigma.html
Tahap ini merupakan tahap dimana perusahaan harus mencari dan memahami mengapa produk-produk cacat dapat terjadi. Dengan kata lain pada tahap ini, perusahaan melalui Six Sigma mereka, mencari input mana saja yang mempengaruhi kualitas output. Pada tahap ini perusahaan harus melakukan beberapa hal yaitu sebagai berikut :
a. Menentukan stabilitas dan kemampuan (kapabilitas) proses
Proses produksi harus merupakan sebagai suatu proses peningkatan yang terus menerus (continues improvement), yang dimulai dari ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, mengembangkan produk, proses produksi, sampai pada distribusi kepada pelanggan.
b. Menetapkan target-target kinerja dari karakteristik kualitas (Critical to Quality) kunci
Setelah
melakukan analisis stabilitas dan kemampuan proses, maka harus
ditetapkan target-target kinerja dari karakteristik kualitas (CTQ) kunci
untuk ditingkatkan selama masa proyek Six Sigma. Penetapan ini
mempertimbangkan kemajuan proses dan kesiapan sumberdaya yang dimiliki
oleh perusahaan.
c. Mengidentifikasikasi sumber-sumber dan akar penyebab masalah kualitas
Perusahaan harus memahami produk penyebab cacat kemudian merincinya menjadi berbagai alasan yang jelas.
4. Improve
Pada
langkah ini ditetapkan suatu rencana tindakan untuk meningkatkan
kualitas Six Sigma. Tim peningkatan kualitas harus mengetahui target
yang harus dicapai, mengapa rencana tindakan itu harus dilakukan, siapa
penanggung jawab rencana tindakan itu, bagaimana melaksanakan rencana
tindakan itu.
5. Control
Pada
tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan
disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam meningkatkan
proses distandarsasikan dan disebarluaskan, dan dijadikan pedoman kerja
standar, serta kepemimpinan atas tanggung jawab ditransfer dari tim Six
Sigma kepada pemilik atau penanggung jawab proses.
CONTOH PERUSAHAAN YANG TELAH MENERAPKAN SIX SIGMA
Six Sigma adalah strategi peningkatan kualitas dan daya saing perusahaan yang telah banyak dipakai oleh banyak perusahaan kelas dunia seperti Motorolla, General Electric (GE), Honeywell/Allied Signal, CitiBank, Bank of America, Sony, Bechtel (perusahaan konstruksi), IBM, Boeing Aircraft, Ford Motor Company, Wal-Mart (retailer dan juga perusahaan yang memiliki nilai penjualan terbesar di dunia ), ChevronTexaco (perusahaan minyak), rumah sakit, dll.
Jeff Immelt, Chief Executive Officer (CEO) baru GE pengganti Jack Welch, adalah juga pemegang sertifikasi Six Sigma Black Belt.
http://anita-widynugroho.blogspot.co.id/2011/03/six-sigma.html
Komentar
Posting Komentar